Alat menimbang dan latihan menimbang | Belajar sharaf untuk pemula

Table of Content [Lihat di sini]

Pelajaran ini adalah pendahuluan kedua dari seri belajar ilmu sharaf untuk pemula.


alat untuk menimbang dan cara menimbang dalam ilmu sharaf


Pada pendahuluan pertama belajar ilmu sharaf untuk pemula, kita sudah belajar tentang tingkatan belajar bahasa Arab, pengertian ilmu sharaf atau tashrif, perbedaan ilmu sharaf dengan nahwu, faidah dan manfaat belajar sharaf, perkenalan teori tentang bagaimana cara menimbang dalam timbangan sharaf.

Sekarang kita akan membahas lebih dalam tentang alat untuk menimbang dan cara menimbang dalam timbangan sharaf.

Kita mulai dengan alat untuk menimbang.


Alat untuk menimbang dalam timbangan sharaf

Alat yang dipakai untuk menimbang adalah tiga huruf yaitu fa (ف), 'ain (ع), lam (ل).

Dalam timbangan sharaf, huruf pertama kata yang ditimbang disebut fa al-kalimah (فَاءُ الْكَلِمَةِ), huruf kedua disebut 'ain al-kalimah (عَيْنُ الْكَلِمَةِ), dan yang ketiga disebut lam al-kalimah (لَامُ الْكَلِمَةِ).


Mengapa timbangannya tiga huruf?

Untuk dasar menimbang dipakai tiga huruf karena sebagian besar kata dalam bahasa Arab, bangunan aslinya tersusun dari tiga huruf. 

Saya ulang apa yang telah saya jelaskan pada pendahuluan , fokus pembahasan pada ilmu sharaf adalah untuk isim yang mu'rab dan fi'il yang mutasharrif.

Sekarang kita lihat jumlah huruf pada fi'il yang mutasharrif dan isim yang mu'rab.

Fi'il mutasharrif (yang ber-tashrif) bangunan aslinya minimal tiga huruf. Jika sobat pernah menemukan jumlah hurufnya lima atau enam, berarti itu ada tambahan huruf selain tiga huruf bangunan aslinya.

Isim umumnya minimal terdiri dari tiga huruf. 

Adakah isim yang kurang dari tiga huruf? Jawabnya ada. Contohnya adalah مَنْ, هُوَ, هِيَ, dst. Oleh karena isim tersebut adalah isim mabniy, maka tidak dibahas dalam ilmu sharaf. Sekali lagi, fokus pembahasan ilmu sharaf adalah isim yang mu'rab.

Semoga sudah mengerti ya mengapa timbangan dasar sharaf ada tiga huruf? 

Bagaimana jika ada kata yang bangunan aslinya tersusun dari empat atau lima huruf. In syaa Allah akan dijelaskan kemudian.

Setelah mengetahui alat timbangan dalam ilmu sharaf, mari kita lanjutkan ke cara menimbang.


Cara menimbang dalam timbangan sharaf

Jika kata yang ingin ditimbang semua huruf dalam bangunannya asli, maka ada tiga keadaan:

1. Jika bangunan asli dari kata terdiri dari tiga huruf, maka kita menimbang dengan timbangan (wazan)  فعل  (fa, ain, lam)

Latihan

Apa wazannya (timbangannya) dari kata berikut:

ذَهَبَ, عَمِلَ, حَسُنَ , بَحْرٌ, سُوْقٌ , بَيْتٌ 

Lihat jawabannya pada gambar di bawah.


wazan dari mauzun yang terdiri dari 3 huruf asli


2. Jika bangunan asli dari kata terdiri dari empat huruf, maka timbangannya ditambah dengan satu huruf lam, yaitu wazan فعلل  (fa, ain, lam pertama, lam kedua).

Latihan

Apa wazannya (timbangannya) dari kata berikut:

دَحْرَجَ, دَمْدَمَ, وَسْوَسَ

Lihat jawabannya pada gambar di bawah.


wazan yang mauzunnya terdiri dari empat huruf asli


3. Jika bangunan asli dari kata terdiri dari lima huruf (ini hanya terjadi pada isim, karena fi'il bangunan aslinya hanya terdiri dari tiga dan empat huruf), maka timbangannya ditambah dengan dua huruf lam, yatu wazan فعللل (fa, ain, lam pertama, lam kedua, lam ketiga).

Latihan

Apa wazannya (timbangannya) dari kata berikut:

سَفَرْجَلٌ 

Lihat jawabannya pada gambar di bawah.


wazan isim yang mauzunnya terdiri dari lima huruf asli


Catatan tambahan mengenai huruf asli dan huruf tambahan

Saya ulangi lagi apa yang telah saya uraikan pada pelajaran pertama, karena hal ini adalah hal penting. Aktivitas pada ilmu sharaf adalah menimbang, melihat bangunan huruf aslinya, mengecek apakah ada huruf tambahannya, dan seterusnya.

Mengapa kita harus mengetahui huruf asli dan terutama mengetahui fa al-kalimahnya? Karena indeks di kamus menggunakan fa al-kalimah dari suatu kata yang ingin kita cari artinya di kamus.

Saya berikan dua contoh kasus.

Kasus pertama, sobat menemukan kata baru, yaitu اِسْتَغْفَرَ (istaghfara). 

Jika sobat mencari di kamus pada indeks huruf alif (ا), maka hampir dapat dipastikan tidak ketemu, kecuali jika sobat cari di kamus online seperti google translate. 

Catatan : Dalam kasus ini, kita tidak sedang membahas mencari arti kata menggunakan kamus online. 

Nah, bagaimana cara mencarinya?

Jawabnya, sobat harus menemukan dulu apa saja bangunan huruf aslinya.

Dalam kasus ini, huruf aslinya adalah huruf ghain (غ), fa (ف), dan ra (ر).

Setelah menemukan huruf asli, berarti sobat sudah bisa menentukan mana fa al-kalimahnya, yaitu ghain. 

Jadi sobat dapat mencari dikamus pada indeks huruf ghain, kemudian cari yang huruf keduanya fa, dst. Ghafara (غَفَرَ) artinya adalah mengampuni atau memberi ampun.

Tapi bukan itu artinya, itu arti dari wazan فَعَلَ, tentunya beda artinya dengan kata yang ditambah tiga huruf tambahan.

Yang harus diperhatikan, huruf alif, sin, dan ta pada kata ini adalah huruf tambahan, sehingga huruf asli dan tambahan ini digabung jumlah hurufnya ada enam. 

Nanti sobat akan pelajari pada ilmu sharaf bahwa penambahan huruf ini ada maknanya, sehingga sobat dapat mengartikannya dengan tepat. 

Pada kasus ini, اِسْتَغْفَرَ  masuk pada wazan (timbangan) اِسْتَفْعَلَ 

Arti dari timbangan اِسْتَفْعَلَ biasanya adalah memohon atau meminta (permohonan atau permintaan).

Sehingga اِسْتَغْفَرَ  artinya adalah memohon ampun atau meminta ampun.

Untuk lebih jelasnya silakan merujuk ke pelajaran 9 wazan fi'il beserta makna dan contohnya.


Kasus kedua, sobat menemukan kata baru, yaitu مَغْفِرَةٌ (maghfiratun).

Ketika menemukan kata di atas, sobat mengambil kamus di lemari. 

Setelah mendapatkan kamus, apa langkah mencari arti kata مَغْفِرَةٌ di kamus?

Langkahnya sama seperti kasus pertama, yaitu cari mana huruf asli dan mana huruf tambahan.

Huruf aslinya adalah ghain, fa, ra, yang artinya kurang lebih sama dengan di atas yaitu mengampuni atau memberi ampun. 

Namun bukan itu kan terjemahannya? Kita lihat ada huruf tambahan mim dan ta marbutah. 

Biasanya tambahan mim didepan adalah isim. Dan memang maghfiratun adalah mashdar nya ghafara, jadi terjemahannya adalah pengampunan atau ampunan.


Tambahan pengetahuan tentang huruf tambahan

Jika sebuah kata terdiri dari lebih dari tiga huruf, maka biasanya terdapat huruf tambahan. Huruf ziyadah atau tambahannya adalah huruf sin, hamzah, lam, ta, mim, waw, nun, ya, ha (ه), alif.

Untuk menghafalnya dengan mudah, huruf-huruf tersebut dirangkai menjadi سَأَلْتُمُوْنِيْهَا 


Jika kata yang ditimbang terdapat tambahan, pertama kembalikan kata tersebut ke aslinya supaya diketahui tambahannya, kedua lihat pada jenis tambahannya

1. Jika tambahannya berupa pengulangan huruf aslinya, maka diulang juga pengulangan pada wazannya.

Latihan

Apa wazannya (timbangannya) dari kata berikut:

سَبَّحَ 

Jawaban lihat pada gambar di bawah


cara menimbang bila ada tambahan huruf asli

Penjelasannya adalah :

سَبَّحَ  aslinya adalah سبح , terdapat penambahan di huruf asli pada 'ain fi'il yaitu huruf ba menjadi سببح, huruf ب ditasydid.

karena ada penambahan huruf di 'ain fi'il, maka pada timbangan 'ain juga ditambah, sehingga wazan atau timbangannya menjadi فَعَّلَ 


2. Tambahannya huruf lain (bukan pengulangan huruf asli) maka huruf tersebut ditambah juga di wazannya.


Contohnya adalah أَكْرَمَ 

Fi'il أَكْرَمَ asalnya adalah  كَرُمَ (kaf, ra, mim), dengan penambahan huruf hamzah (أ).

jadi timbangan atau wazannya juga ditambah huruf hamzah, yaitu : أَفْعَلَ


cara menimbang timbangan sharaf jika ada huruf ziyadah pada fiil

3. Jika kata yang ditimbang terjadi penghilangan, wazannya dihilangkan juga

Contoh :

عِدَةٌ , asalnya adalah وَعْدٌ

Kemudian huruf waw (و), hilang, sehingga menjadi عد.

Lalu ditambahkan huruf zaidah ة , akhirnya menjadi عِدَةٌ

Oleh karena huruf waw hilang, maka pada timbangan fa al-kalimah juga hilang.

Terdapat pula huruf tambahan ة, maka pada timbangan huruf ta marbutah ditambahkan juga.

sehingga timbangannya menjadi عِلَةٌ


Pada kata عِدَةٌ, kita baca:

ع = 'ain kalimah (ع)

د = lam kalimah (ل)

ة = huruf zaidah (tambahan)


==================================


Sumber : Buku Hiwari, Pustaka al-lughoh, cetakan ke-3, Ahmad Jaelani bin Sanatra, hal. 48-49

Sumber tulisan lainnya, telah saya tuliskan di sini.