Macam-macam makna maa (ما) dalam sebuah kalimat bahasa Arab
Hari ini kita mengulang pelajaran tentang jenis-jenis maa (مَا) beserta fungsi dan maknanya di dalam sebuah kalimat bahasa Arab.
Silakan sobat baca kembali materi pada link di atas, setelah selesai, kemudian pelajari kembali materi pada tulisan hari ini. Jika sudah mura'jaah pelajaran di atas, dan selesai membaca artikel ini, silakan mengerjakan latihan soal berikut: Soal latihan dan jawaban tentang materi pelajaran ما (maa).
In syaa Allah melalui aktivitas pengulangan di atas, pemahaman kita tentang materi ini akan lebih kuat. Pada akhirnya kita akan dapat menerapkan (dalam bentuk menerjemahkan, membuat kalimat, dan seterusnya) materi ini dalam keseharian.
Baik, langsung saja sobat baca materi di bawah ini.
أنواع مَا
- أستفهاميّة
- نافية
- موصولة
- كافة
- شرطيّة
- تعجّبيّة
- مصدريّة
- زائدة
- إبهاميّة
Penjelasan tentang jenis-jenis maa (ما) dan maknanya pada sebuah kalimat
1. maa istifhaamiyyah = maa untuk bertanya (pertanyaan)
Contoh :
- مَا هِوَايَتُكَ؟ = apa hobimu?
- مَا اسْمُكَ؟ = siapa namamu?
Catatan:
- Jika maa istifhamiyyah didahului oleh huruf jar, maka alif (ا) dihilangkan.
Contoh :
عَنْ + مَا menjadi عَمَّ
بِ + مَا menjadi بِمَ
فِي + مَا menjadi فِيْمَ
Contoh kalimat menggunakan عَمَّ :
عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ = Tentang apakah mereka saling bertanya?
2. maa naafiyah = maa untuk peniadaan/penolakan
Contoh :
مَا فَهِمْتُ الدَّرْسَ = Saya tidak mengerti pelajaran itu.
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُول = Dan tidaklah Muhammad (shallallahu 'alaihi wasallam) melainkan seorang rasul.
3. maa maushuulah = maa sebagai kata sambung/penghubung
Catatan : maushul selalu diikuti oleh shillatul maushul (صِلَّةُ المَوْصُوْلِ)
Contoh kalimat menggunakan maa maushulah:
قَرَأْتُ مَا كَتَبْتَ = Saya membaca apa yang kamu tulis.
Pada kalimat di atas مَا adalah kata penghubung yang menghubungkan dua fi'il, yaitu qara-a dan kataba.
Sobat dapat membaca ulang tentang materi isim maushul di bawah :
4. maa kaaffah (maa zaa-idah kaaffah)
Maksud maa kaffah adalah huruf tambahan pada إِنَّ sehingga menjadi إِنَّمَا , ketika telah bersambung jadinya مَا ini membatalkan amalan إِنَّ , dengan kata lain za-idah yang mencegah/membatalkan sebuah 'amil beramal.
Sebelum bersambung dengan مَا :
إِنَّ زَيْدًا مُجْتَهِدٌ = Sesungguhnya zaid adalah seorang yang rajin (bersungguh-sungguh).
زَيْدًا isim inna, manshub, tanda nashabnya adalah fat-hah.
مُجْتَهِدٌ khabar inna, marfu', tanda rafa'-nya adalah dhammah.
Ketika inna bersambung dengan maa :
إِنَّمَا زَيْدٌ مُجْتَهِدٌ
amalan inna telah batal, sehingga زَيْدٌ tetap marfu'.
5. maa syarthiyyah = maa + syarat + jawab syarat
Catatan : maa syarthiyyah membuat dua fi'il mudhari menjadi majzum.
Contoh kalimat menggunakan maa syarthiyyah:
مَا تَفْعَلْ شَرًّا تَنْدَمْ = Apa saja kejahatan yang kamu lakukan, kamu akan menyesal.
مَا = maa syarthiyyah
تَفْعَلْ = syarat, fi'il mudhari majzum, tanda jazm-nya adalah sukun.
تَنْدَمْ = jawab syarat, fi'il mudhari majzum, tanda jazm-nya adalah sukun.
Sobat dapat membaca pelajaran mengenai syarat dan jawab syarat di sini : syarat dan jawab syarat.
6. maa ta'ajjubiyyah = untuk mengekspresikan rasa takjub (kekaguman).
Pola kalimat fi'il ta'ajjub : مَا + أَفْعَلَ + مفعول به
Contoh kalimat:
مَا أَجْمَلَ السَّمَاءَ = Betapa indahnya langit itu.
Ingin murajaah tentang fi'il ta'ajjub? Silakan baca di sini : fi'il ta'ajjub
7. maa mashdariyyah
Pola kalimat : maa diikuti oleh fi'il
Makna fi'il tersebut adalah makna mashdar.
Contohnya : وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُوْلُوْنَ
Maknanya adalah وَاصْبِرْ عَلَى مَا قَوْلِهِمْ yaitu : Bersabarlah atas ucapan mereka.
Terkait materi ini, pernah saya singgung pada pelajaran :
- huruf nashab : an mashdariyyah
- jumlah ismiyyah menggunakan mashdar muawwal
8. maa zaa-idah = hanya tambahan, tidak berfungsi apapun.
Catatan :
maa zaidah biasanya terletak diantara huruf jar dan isim majrur.
Contoh kalimat :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ
Pada kalimat di atas, maa (مَا) ada diantara huruf jar al-baa-u (بِ ) dan majrur رَحْمَةٍ
9. maa ibhaamiyyah
maa ibhaamiyyah adalah maa yang menjadi sifat (na'tun) untuk isim yang nakirah.
maa yang menjadi sifat ini, menyifatkan isim nakirah dengan sifat yang samar alias tidak jelas.
Contoh kalimat :
جَاءَ زَيْدٌ لِأَمْرٍ مَا = Zaid datang karena suatu urusan.
maa pada contoh kalimat di atas menyifatkan kesamaran, masih tidak jelas apa penyebab Zaid datang, urusan apa yang menyebabkan zaid datang.
Demikianlah penjelasan tentang berbagai macam fungsi dan makna maa (ما) dalam bahasa Arab.
Semoga bermanfaat.
Maa pada surah Al-Baqarah ayat 26 (اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا) apakah masuk pada Maa Maushuliyyah?
ReplyDeletemasuk pada maa ibhamiyyah, karena menjadi sifat isim nakirah matsalan (fi mahalli nashbin sifah li matsalan).
Deletetapi ada juga buku yang menjelaskan ini termasuk maa zaidah (dalam hal ini, ba'udhah merupakan badal dari matsalan).