Na'tun atau shifah - Kitab Tashiilun Nahwi - Pelajaran 24

Table of Content [Lihat di sini]

Pada pelajaran yang lalu (masih dalam kitab tas-hiilun nahwi), saya membahas tentang at-tawaabi'

Silakan lihat pelajaran sebelumnya untuk mengulang-ulang materi apa itu tawaabi' dan pembagian tawaabi'.

Pada pelajaran ini, saya menjelaskan konsep dasar jenis tawaabi' yang pertama yaitu na'tun atau shifah ( النَّعْتُ أَوْ الصِّفَةُ  ) 


contoh kalima na'tun haqiqi beserta penjelasannya

=======================================================

Mengenai pelajaran na'tun wa man'uut (atau shifah wa maushuuf) telah saya catat dalam pelajaran sebelumnya, jika ingin muraja'ah, silakan baca di :

Cara membedakan mudhaaf-mudhaaf ilaihi dengan na'tun wa man'uut:
http://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2017/03/cara-membedakan-jar-majrur-dengan-natun-manut.html

Kitab durusul lughah 1:

Pelajaran 9A: http://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2013/04/pelajaran-9a-natun-manut.html
Pelajaran 9B : http://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2013/04/pelajaran-9b-natun-manutun.html

=======================================================


النَّعْتُ أَوْ الصِّفَةُ = an-na'tu atau ash-shifah


Dalam bahasa Inggrisnya disebut adjective atau dalam bahasa Indonesianya kata sifat.

Di sini, kita mengenal dua istilah yaitu نَعْتٌ dan مَنْعُوْتٌ (na't dan man'uut). 

Na'tun adalah kata sifat, sedangkan man'uut adalah kata yang disifatkan.

Na'tun itu ditulis atau diucapkan setelah man'ut. Jadi dalam bahasa arab man'ut yang disebutkan dulu baru diikuti oleh na'tun.

Contoh:

وَلَدٌ صَالِحٌ  = waladun shaalihun = anak yang shalih.

Penjelasan:

- waladun adalah man'uut, yaitu kata yang disifatkan oleh kata sifat.
- shaalihun adalah na'tun, yaitu isim yang menyifatkan waladun.
- waladun disebut sebagai matbuu', sedangkan shaalihun disebut taabi'.


Pembagian na't


na'tun terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. نَعْتٌ حَقِيْقِيٌّ = na'tun haqiiqiyyun

2. نَعْتٌ سَبَبِيٌّ = na'tun sababiyyun


Na'tun haqiqiyyun 


Na't haqiqiyy adalah kata yang mensifatkan matbuu'.

(lihat pelajaran sebelum ini untuk mengetahui definisi dari matbuu').


Kaidah dasar dari na't haqiqiyyun

1. Na'tun mengikuti matbuu' (dalam hal ini man'uut) dalam hal:

- I'raab (sama-sama marfuu', manshuub, atau majrur).

- Kalau man'uut nya ma'rifah, maka na'tunnya ma'rifah, sebaliknya kalau man'uutnya nakirah maka na't nya nakirah.

- Mengikuti gendar: sama-sama mudzakkar atau mu-annats.

- Mengikuti jumlah: sama-sama bentuk mufrad, mutsanna, atau jamak.


2. Na'tun dapat berupa kalimat lengkap/sempurna, dalam hal ini man'uutnya harus dalam bentuk nakirah.

3. Na'tun yang berupa kalimat harus ada dhamir yang mengacu ke man'uut.


Contoh kalimat penerapan kaidah di atas:

جَاءَ نِيْ وَلَدٌ يَرْكَبُ الدَّرَّاجَةَ  = jaa-a nii waladun yarkabud darraajata.
Artinya = Anak yang sedang mengendarai sepeda telah datang kepada saya.

Penjelasan kalimat:

- waladun adalah isim nakirah.

- waladun adalah sebagai man'uut dalam kalimat ini.

- yarkabu ad-darraajata adalah na'tun (yang mensifati waladun).

- dalam na'tun terdapat dhamir (huwa) yang mengacu ke waladun (yarkabu itu terdiri dari fi'l dan faa'il yaitu huwa).

- waladun adalah mudzakkar dan mufrad, maka na'tunnya juga mudzakkar dan mufrad yaitu (huwa)


Saya ulangi, jika na'tun dalam bentuk kalimat, maka man'uutnya harus dalam bentuk nakirah. Jika dalam bentuk ma'rifah, itu bukan na't wa man'uut lagi, tetapi bentuk haal/khabar.

Contoh jika isim ma'rifah diikuti oleh sebuah kalimat:

جَاءَنِيْ الوَلَدُ يَرْكَبُ الدَّرَّاجَةَ  = jaa-a nii al-waladu yarkabu ad-darraajata.
Artinya = Anak itu datang kepadaku sambil mengendarai sepeda.

Penjelasan kalimat:

Dalam kalimat di atas:

- al-waladu adalah sebagai ذُو الحَالِ (dzul haal) atau kata yang dikabarkan oleh sebuah kata.

- yarkabu ad-darraajata adalah حَالٌ atau yang mengabarkan keadaan/menjelaskan keadaannya al-waladu.


Contoh lainnya dari na'tun haqiqiyyun

- جَاءَ رَجُلٌ عَالِمٌ  = jaa-a rajulun 'aalimun.
Artinya = Telah datang pemuda yang alim.

Penjelasan kalimat:

- kalimat di atas adalah jumlah fi'liyyah.

- sebagai fi'l adalah jaa-a

- sebagai faa'il adalah rajulun.

- kata rajulun diikuti oleh 'aalim.

- dalam kata rajulun 'aalimun, yang sebagai man'uut (atau yang bertindak sebagai matbuu') adalah rajulun.

- sedangkan 'aalimun adalah sebagai na'tun (atau yang bertindak sebagai taabi').

- rajulun adalah nakirah, maka 'aalimun adalah nakirah.

- rajulun adalah marfuu', maka 'aalimun adalah marfuu'

- rajulun adalah mudzakkar, maka 'aalimun bentuknya juga mudzakkar.

- rajulun adalah mufrad, maka 'aalimun bentuknya juga mufrad.


Na'tun sababiyyun


نَعْتٌ سَبَبِيٌّ adalah kata yang tidak menjelaskan matbuu', akan tetapi ia menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengan matbuu'.

Contoh kalimat menggunakan na'tun sababiyyun

- جَاءَنِيْ وَلَدٌ عَالِمٌ أَبُوْهُ = jaa-a nii waladun 'aalimun abuuhu.
Artinya = Telah datang kepadaku seorang anak yang bapaknya alim.

Penjelasan kalimat:

- 'aalim pada kalimat di atas adalah kata yang mensifatkan abuuhu (bapaknya).

- abuuhu itu terkait dengan waladun, karena terdapat kata ganti hu (dia). Dia disini mengacu kepada waladun.

Kaidah dari nat'tun sababiyyun

- man'ut dan na'tun sama bentuknya dari segi i'raab dan bentuknya yang ma'rifah atau nakirah.

- na'tun selalu dalam bentuk mufrad (tidak melihat jumlah man'uut)/

- na'tun sama bentuk gendernya dengan kata sesudahnya (bukan dengan matbuu' nya).


Contoh lain dari na'tun sababiyy

- جَاءَتْ اِمْرَأَةٌ عَالِمٌ اِبْنُهَا  = jaa-at imra-atun 'aalimun ibnuhaa
Artinya = Perempuan yang anak-lakinya alim telah datang.

Penjelasan kalimat:

- Kalimat di atas adalah jumlah fi'liyyah.

- yang menjadi fi'il nya adalah jaa-at, sedangkan faa'ilnya adalah imra-atun (man'uut).

- na'tun sababiyy nya adalah 'aalim.

- imra-atun adalah marfu dan nakirah, maka na't nya ('aalim) juga dalam bentuk nakirah dan marfuu'

- Namun 'aalim adalah dalam bentuk mudzakkar bukan mu-annats, karena ia mengikuti bentuk gender kata sesudahnya yaitu ibnun yang mudzakkar.


- ibnuhaa terdapat kata هَا yang mengacu ke imra-atun.