Kaidah at-Tawaabi' - Pelajaran 1 - Durusul Lughah 3

Table of Content [Lihat di sini]

Sobat, kita masih dalam pembahasan materi pelajaran bab 1 pada buku Durusul lughah jilid 3. Materi yang kita kupas adalah tawabi' (التّوابع)


materi pelajaran kaidah at-tawaabi'



Pengertian tawaabi'

التَّوَابِعُ (at-tawaabi'u) adalah bentuk jamak.

Bentuk mufradnya adalah التَّابِعُ (at-taabi'u).


Adapun pengertiannya adalah seperti di bawah ini


التّابِعُ : هُوَ الاِسم المشارك لما قبله في إعرابه , وتذكيره وتأنيثه, وتنكيره وتعريفه, وإفراده وتثنيته وجمعه


Pengertian sederhananya menggunakan bahasa Indonesia adalah :

at-taabi' adalah isim yang menyertai isim sebelumnya. 


Kondisi at-taabi' ini adalah sama dengan isim sebelumnya dalam hal :


a. I'rab (sama-sama marfu', manshub, atau majrur);

b. Gender (sama-sama mudzakkar atau mu-annats);

c. Keumumannya (sama-sama nakirah atau ma'rifah);

d. Jumlahnya (sama-sama mufrad/tunggal, dual, atau jamak)


Macam-macam at-tawaabi'


وهو أربعة أنواع, هي : النّعت, التّوكيد, العطف, البدل


Ada empat macam tawabi', yaitu:

1. na'tun (kata sifat);

2. taukid (kata untuk penekanan);

3. 'athaf (konjungsi atau penghubung);

4. badal (pengganti, yaitu isim yang sebenarnya dimaksud dalam kalimat)


Setelah mengetahui macam-macam at-tawabi', sekarang kita kupas satu persatu at-tabi' tersebut. Diawali dengan na'tun


Na'tun atau Shifah


النَّعْتٌ : تَابِعٌ لِلْمَنْعُوتِ فِي جَمِيْع أحواله

an-na'tun : mengikuti man'ut dalam empat kondisi yang telah disebutkan di atas.

Di dalam beberapa buku pembelajaran bahasa Arab, istilah na't dan man'ut disebut juga shifah dan maushuf.

Materi na't dan man'ut sudah dibahas pada pelajaran berikut na'tun wa man'uut 


Contoh penerapan konsep na'tun dan man'ut

Latihan terjemah dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab.

- Tulislah kalimat "Murid baru itu telah datang" ke dalam bahasa Arab.


Perhatikan langkah-langkahnya:


1. Lihat kata sifat (na't) dan kata yang disifati (man'ut)

Dalam kalimat di atas, kata sifatnya adalah baru sedangkan kata yang disifatinya adalah murid.

2. Translasikan na't dan man'ut ke dalam bahasa Arab 

man'ut => murid = طَالِبٌ 

na'tun => baru = جَدِيْدٌ

3. Lakukan pengecekan:  cek posisi/kedudukan man'ut di dalam kalimat, lalu cek gendernya, jumlah bilangannya, terakhir cek apakah ia nakirah atau ma'rifah.

Murid itu => berarti murid yang dibicarakan sudah diketahui (khusus) sehingga dia ma'rifah 

Murid => berarti dia mufrad alias tunggal

Murid => berarti dia mudzakkar (jika disebutkan siswi atau murid perempuan maka ia mu-annats)

Murid => kedudukan/jabatan "murid" dalam kalimat adalah sebagai fa'il (فاعل), maka dia adalah isim marfu'


Kesimpulan :

kata "baru" dalam bahasa Arab yaitu جَدِيد harus mengikuti mengikuti keempat kondisi kata "murid" di atas :

- ia ma'rifah, sehingga harus ditambah ال menjadi الجَدِيد (al-jadiid)

- ia mufrad => الجَدِيد 

- ia mudzakkar => الجَدِيد 

- ia marfu' => الجَدِيْدُ (al-jadiidu)


Akhirnya kita mendapatkan na't dan man'ut yang semua kondisinya sama, yaitu : الطَّالِبُ الجَدِيْدُ   (ath-thaalibu al-jadiidu)

4. Langkah terakhir, kita sudah bisa menuliskan kalimat sempurna, yaitu:


حَضَرَ الطَّالِبُ الجَدِيدُ yang artinya Murid yang baru itu telah hadir.


Semoga sobat mengerti dengan baik penjelasan di atas.

Ohya, ini ada satu lagi contoh kasus membuat kalimat yang ada na't dan man'ut agar sobat lebih paham dan lancar dalam menerapkan kaidah na't dan man'ut.


Perhatikan pertanyaannya :

Artikan kalimat berikut ke dalam bahasa Arab => Saya telah melihat dua orang alim yang senior.


Langkah-langkah translasinya:


1. telah melihat => berarti fi'il madhi, sehingga fi'il dasarnya adalah رَأَى  (ra-a).

2. saya => ini adalah fa'ilnya, damir أَنَا => bentuk fi'il madhi untuk damir أَنَا adalah => رَأَيْتُ  (ra-aitu)

Lihat tashrif untuk kata ra-a pada link berikut : tashrif istilahi dan lughawi ra-a

3. dua orang alim => kedudukannya sebagai objek, sehingga ia adalah isim manshub.


Perhatikan proses pembentukannya
:

a. orang alim (orang yang berpengetahuan), bahasa Arabnya => عَالِمٌ 

 - dua orang alim => berarti kita ubah ke dalam bentuk dual => عَالِمَانِ  ('aalimaani)

- karena dia maf'ul bih (sebagai objek) => maka ia adalah isim manshub, sehingga menjadi => عَالِمَيْنِ  ('aalimaini)


Summary

dua orang alim => عَالِمَيْنِ => kondisinya : mudzakkar, dual, nakirah, manshub.


4
. yang senior => ini adalah na't, yaitu yang menyifati orang alim.

- senior (atau yang sudah tua/dihormati), bahasa Arabnya كَبِيْرٌ 

- كَبِيْرٌ mengikuti kondisi man'ut, yaitu : mudzakkar, dual, nakirah, manshub.

Jadi bentuknya menjadi كَبِيْرَيْنِ 


5. Langkah terakhir, yaitu merangkaikan kata-kata di atas menjadi kalimat yang sempurna: 

 رَأَيْتُ عَالِمَيْنِ كَبِيرَيْنِ  (ra-aitu 'aalimaini kabiiraini) = Saya melihat dua orang berilmu yang senior.



Taukid (التّوكيد) 

Di dalam beberapa buku belajar bahasa Arab lain, istilah taukid ini disebut juga ta'kiid (التّأْكِيدُ).

Sebelumnya saya berikan catatan tambahan. Perhatikan istilah berikut:


a. taabi' (التّابع) adalah isim yang menyertai/mengikuti isim sebelumnya.

b. matbuu' (متبوع) adalah isim yang diikuti oleh taabi'


Taukid adalah termasuk taabi'. 

Fungsi taukiid adalah memberikan penekanan kepada matbu' 


Contoh Kalimat dan Penjelasannya

Saya akan memberikan contoh kalimat yang terdapat taukid di dalamnya, kemudian saya akan menjelaskan konsep tersebut.

Kita mulai dari kalimat pertama.


1. سَأَلْتُ الطُّلاَّبَ كُلَّهُمْ 

Penjelasan:


a. سَأَلْتُ = fi'il madhi untuk dhamir أَنَا 

b. الطُّلاَّبَ  = maf'ul bih, manshub bi fat-hah karena ia isim jamak taksir

c. كُلَّهُمْ = taukid (memberi penekanan ke الطُّلاَّبَ), ia manshub karena mengikuti kondisi matbu'-nya, tanda manshubnya adalah fat-hah.

Kalimat di atas jika ditranslasikan ke bahasa Indonesia, kira-kira menjadi : Saya telah menanyakan murid-murid semuanya.


Penjelasan tambahan:

Sebenarnya سَأَلْتُ الطُّلاَّبَ sudah cukup untuk membuat sebuah kalimat sempurna.

سَأَلْتُ الطُّلاَّبَ artinya Saya telah menanyakan murid-murid.

Namun si pembicara ingin menegaskan lagi bahwa ia telah bertanya kepada semuanya (tidak ada satupun murid yang terlewat), sehingga ia menggunakan taukid, yaitu isim taabi' yang mengikuti matbuu'nya. 

Sehingga kalimat menjadi سَأَلْتُ  الطُّلاَّبَ كُلَّهُمْ , yang artinya "Saya telah menanyakan semua murid (tanpa terkecuali).

Contoh kalimat berikutnya, dapat sobat lihat pada gambar di bawah. Coba sobat latihan untuk menjelaskan kalimat di gambar seperti penjelasan di atas.


contoh kalimat yang mengandung taukiid



Catatan tambahan mengenai taukid

Biasanya taukid di dalam kalimat bahasa Arab adalah kata-kata seperti di bawah ini:


كُلُّ = semuanya

نَفْسٌ = dirinya sendiri (kalo dalam bahasa Inggrisnya contohnya : himself; herself)

عَينٌ => sama seperti nafsun

كِلاَ => berdua (untuk مذكّر)

كِلْتَا => berdua (untuk مؤنّث)

أَجْمَع atau جَمِيع => seluruhnya


'Athfun/'athaf (العطف)

Kaidah dasar al-'athf:


1. huruf 'athaf terletak di antara at-taabi' dan matbuu'.

2. Kondisi at-taabi' sama dengan kondisi mat'buu' di empat kondisi yang telah dijelaskan di atas.

3.  at-tabi' disebut juga ma'thuuf (معطوف), sedangkan matbu' disebut juga ma'thuufun 'alaih (معطوف عليه)

Itulah tiga kaidah dasar yang dipelajari pada buku ini.

Di dalam buku Durusul lughah jilid 3 pelajaran 1 ini, hanya dicontohkan satu huruf athaf yaitu وَ , sebagaimana terlihat pada contoh di gambar.


contoh kalimat mengandung huruf 'athaf



Sebenarnya terdapat huruf 'athof lainnya, seperti : فَ , ثُمَّ , حَتَّى, dan seterusnya.

Untuk mengetahui huruf 'athaf lainnya, silakan merujuk ke pelajaran sebelumnya yaitu di : al-athfu biharfin 

Sekarang kita akan mengupas tentang tawabi' terakhir yaitu badal.


al-badal (البدل)

badal adalah taabi' yang sebenarnya dimaksud oleh pembicara.

Matbuu' adalah sebagai pembuka/perkenalan ke taabi'.

tabii' disebut badal, sedangkan matbuu' disebut mubdal minhu (مبدل منه)


Contoh kalimat yang terdapat badal di dalamnya adalah:


نَجَحَ أَخُوكَ هَاشِمٌ 


Penjelasan :


1. Arti kalimat di atas adalah : Kakakmu, Hasyim, telah berhasil.

2. هَاشِمٌ adalah badal

3. أَخُوكَ  adalah mubdal minhu

4. نَجَحَ  adalah fi'il madhi untuk dhamir هُوَ

5. أَخُوكَ adalah fa'il, marfu, tanda marfu'-nya adalah و karena ia termasuk asma-ul khamsah.

6. هَاشِمٌ adalah badal, sehingga kondisinya sama dengan mubdal minhu, yaitu marfu', tanda marfu'-nya adalah dhammah karena ia isim mufrad.


Demikianlah materi pelajaran at-tawaabi'. In syaa Allah saya kan lanjutkan ke pembahasan berikutnya.